"Sebait Ucapan Bersama Nasi Kiriman" Karya BUR RUSANTO
Seorang demonstran
Tersandar letih
Dengan sebungkus nasi kiriman
Ketika asar menggelincir dijalan
Sepotong kertas putih
Terselip dibungkus lapisan
Tak ada alamat tak ada nama
Hanya sebait ucapan yang bersih
Ibu tak mengenalmu pada muka, anakku
Tapi kita adalah satu pada hati
Bersamamu segala simpati dan doa
Anak-anakku melangkahlah
Karena langkahmu adalah juga langkah kami
Figura Bahasa
Figura bahasa yang digunakan dalam puisi ini adalah majas alegori, yakni pengungkapan yang menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran untuk menyatakan maksud sebenarnya.
Contoh :
Ketika asar menggelincir dijalan
Hanya sebait ucapan yang bersih
Tapi kita adalah satu pada hati
Penggalan bait ketika asar menggelincir dijalan mengungkapkan makna saat itu waktu sudah sangat sore, hanya sebait ucapan yang bersih mengungkapkan kalau si demonstran yang menerima kertas tersebut hanya menemukan sebait ucapan tanpa embel-embel yang lainnya, dan tapi kita adalah satu pada hati mengungkapkan makna bahwa biarpun tidak saling mengenal tapi hati mereka tetap satu untuk perjuangan.
Kata Ambiguitas
Ambiguitas adalah potensi sebuah teks puisi di hadapan pembaca baik secara keseluruhannya atau pada bagian-bagiannya, untuk menyediakan sebanyak-banyaknya makna.
Contoh :
Dengan sebungkus nasi kiriman
Terselip dibungkus lapisan
Bersamamu segala simpati dan doa
Kata Berjiwa
Kata Berjiwa adalah mempunyai perasaan batin (bersemangat dan sebagainya).
Contoh :
Karena langkahmu adalah juga langkah kami
Tapi kita adalah satu pada hati
Kata Konotatif
Kata Konotatif adalah makna yang bukan sebenarnya yang umumnya bersifat sindiran dan merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan.
Contoh :
Hanya sebait ucapan yang bersih
Tak ada alamat tak ada nama
Pengulangan
Tampak adanya paduan bunyi antara setiap bait pada larik 1 dan 2 sehingga menimbulkan pola persajakan konsonan /h/ dan konsonan /n/ seperti tampak pada bentuk demonstran/... letih/... kiriman/... dijalan/... putih/... lapisan/… bersih/…
Contoh :
Seorang demonstran
Tersandar letih
Dengan sebungkus nasi kiriman
Ketika asar menggelincir dijalan
Sepotong kertas putih
Terselip dibungkus lapisan
Tak ada alamat tak ada nama
Hanya sebait ucapan yang bersih
Puisi Angkatan 2000'
"Catatan Senja Di Jendela Bus Kota" Karya AHAMDUN YOSI HERFANDA
Selalu saja berkelabat bayangmu
Di antara kesiur angin, kepul asap dan debu
Tak ada bau parfum yang tersisa
Tak pula patahan helai rambutmu
Tapi dipojok jendela bus kota
Masih mekar juga senyum mawarmu
Kutahu, duniaku sekotor debu
Sehina ketombe yang sesekali mengusam
Pada kilau rambutmu
Tapi pada jantung sekecil debu
Ingin kubingkai luas cakrawala
Bagi kerling matamu
Pernahkah kau rasa juga
Semua yang kurindu?
Ah, kutahu, kutahu, ingatan itu
Telah terhapus jadwal rendesvous
Yang tak terjangkau usiaku
Figura Bahasa
Figura bahasa yang digunakan dalam puisi ini adalah pada puisi angkatan sekarang (tahun 2000) pengarang bebas bereksperimen dalam pengunaan bahasa dan dikombinasikan dengan gaya bahasa hiperbola.
Contoh :
Kutahu duniaku sekotor debu
Sehina ketombe yang sesekali mengusam
Kata Ambiguitas
Ambiguitas adalah potensi sebuah teks puisi di hadapan pembaca baik secara keseluruhannya atau pada bagian-bagiannya, untuk menyediakan sebanyak-banyaknya makna.
Contoh :
Kutahu duniaku sekotor debu
Sehina ketombe yang sesekali mengusam
Kata Berjiwa
Sedangkan pada puisi angkatan sekarang (tahun 2000) jarang ditemukan seperti hal tersebut.
Kata Konotatif
Kata Konotatif adalah makna yang bukan sebenarnya yang umumnya bersifat sindiran dan merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan.
Contoh :
Kutahu duniaku sekotor debu
Tapi pada jantung sekecil debu
Pengulangan
Tampak adanya paduan bunyi antara setiap bait pada larik 1 dan 2 sehingga menimbulkan pola persajakan konsonan /h/ dan konsonan /n/ seperti tampak pada bentuk demonstran/... Letih/... Kiriman/... Dijalan/... Putih/... Lapisan/… Bersih/…
Contoh :
Ah, kutahu, kutahu, ingatan itu